.dateHeader/>

Mencintai Dalam Bercanda


Perkenalan yang terjadi begitu saja sampa-sampai kita hanya bertegur sapa saat itu saja dan bungkam selanjutnya. Hanya sepasang teman dalam lingkungan pertemanan yang sangat biasa. Berbincang saat dibutuhkan dan hanyai sedikit bergurau. Entah berapa lama kita menjalaninya dalam diam. Aku tak pernah berpikir tentang rasa dan cinta. Sampai tiba saatnya kita semakin sering bertegur sapa. Semakin sering kita bertukar tawa dan canda.

Awalnya tak pernah terlintas di hati untuk mencoba mengirim sebuah pesan singkat. Namun jemari sangat ingin menyentuh layar ponsel meski hanya sekadar sampaikan sapa. Kian hari dalam aplikasi berkirim pesan itu kita saling bertukar cerita, kita saling mengenal satu sama lain semakin dalam. Terlalu dalam sampai aku menemukan sebuah kekosongan dalam hatimu. Aku tak terpikirkan untuk menjadi pengisi kekosongan itu. Tapi hatiku mendesak bahwa kaulah kini yang hatiku eja sebagai satu-satunya rasa yang ada. Kaulah satu-satunya sosok yang aku puja sebagai bidadariku.

Semakin kita bercanda semakin kuat perasan ini mengalir. Tawamu adalah suara paling indah yang aku dengar. Senyummu adalah lukisan yang tak ternilai harganya. Setiap aku mendengar kau bercerita, aku seperti sedang menonton film kesukaanku. Meski kau bercerita tentang orang yang kau kagumi aku masih terlihat senang-senang saja mendengarnya meski hati lebih panas dari permukaan matahari. Aku tak tahu harus berbuat apa. Entah menyerah dan pergi merelakanmu atau tetap bertahan dan berpegang teguh pada perasaan tak berbalas ini.

Aku meyakini bahwa Tuhan adalah sosok yang tak terduga. Aku yakin bahwa hidup ini akan penuh dengan kejutan-kejutan yang tak mungkin ku sangka. Mungkin saja kita dipertemukan untuk tidak diizinkan bersatu sekarang, namun pada akhirnya akan menjadi teman hidup sampai akhir ayat kita nanti. Mungkin kita saling berlari ke arah yang berbeda. Namun sebenarnya kita tetaplah berada di tempat yang sama. Kita menatap langit yang sama dan kita berpijak pada tanah yang sama. Sejauh apapun kita berlari bila ke arah yang berbeda, kita pasti bertemu di titik yang sama nanti. Bisa sebagai orang yang sama dengan perasaan yang masih sama. Atau mungkin sebagai orang berbeda dengan perasaan berbeda pula.

Kita bagaikan dua batang magnet yang saling tarik menarik namun tidak dapat menempel satu dengan lainnya. Aku rasa semuanya hanyalah fatamorgana. Kau hanyalah kutub utara yang menyamar sebagai kutub selatan, sehingga kita tarik menarik namun tak bisa bersatu.

Meski cintaku berawal dari bercanda, namun cintaku tak sebercanda itu. Cinta ini juga butuh kepastian, agar aku tahu kapan harus berhenti melangkah dan berharap. Akankah kita terus bersama dalam pertemanan yang abadi, atau pertemanan sementara lalu berganti menjadi berteman sebagai pasangan sehidup semati. Aku ingin menjadi orang yang selalu kau banggakan ketika asik berbincang dengan para sahabatmu. Aku ingin menjadi sosok laki-laki yang kau kagumi setelah ayahmu tentunya. Aku ingin menjadi tempatmu berbagi cerita dikala senang, sedih, duka, haru atau apapun. Dan aku ingin menjadi rumah bagi perasaanmu setelah kau pergi jauh berkelana mencari apa arti cinta sebenarnya.

photo credit: MikadolaJunior May 21st, "On Saturday to Sunday Birthday Party" via photopin (license)

0 comments:

Post a Comment