.dateHeader/>

Tidak Ada Hujan Hari Ini



(credit: unsplash)


Langit dan matahari terlihat selalu bersama, mungkin mereka tidak tahu bagaimana mereka dipersatukan, atau untuk apa mereka dipertemukan. Seperti halnya kita, yang tetap mencoba bersama meski semuanya pasti akan berujung pada perpisahan. Pipimu masih menggemaskan, itu sebuah candu buatku. Meski sekarang tak ada kecupan lagi untuk pipimu dariku, setidaknya matahari masih setia mengecup kedua pipimu itu. 

Kamu beruntung, matahari masih menjagamu dari dinginnya rindu. Matahari hanya perangsang rindu untuk datang menghampiriku. Rintik-rintik hujan sebentar lagi akan turun dari langit abu-abu. Tiba-tiba saja hujan dengan derasnya menghantam bumi, apa ia tidak merasakan sakitnya jatuh seperti itu?

Atau ia sudah terbiasa?

Entahlah, aku malu dengan hujan yang tak pernah mengeluh ketika dibuat jatuh oleh langit.

Senyummu mulai terlihat dengan samar ketika rintik hujan pertama mengenai daun di pekarangan rumahku. Aku membuka pintu, dan berusaha meyakinkan pandanganku. Ternyata benar, aku salah, pikiranku terlalu merindukanmu. Kamu terus datang menghampiriku, namun dalam bentuk sebuah bayang. Aku terus berbicara pada hujan, aku menyampaikan segala yang sedang kurasakan. Semoga, hujan menemani malammu, menyanyikan sebuah lagu penghantar tidur dan memelukmu seperti yang aku lakukan dulu.

Hujan terus datang setiap hari, seperti menanyakan bagaimana hariku tanpa hadirmu. Semua yang aku rasakan selalu aku ceritakan pada hujan. Meskipun ia tak sepenuhnya mendengarkan, aku tak masalah, setidaknya rinduku tak hanya ku tahan. Setelah hujan reda, aku selalu menanti hadirnya pelangi yang katanya indah itu. Namun sama sekali tak pernah muncul, aku tersadar, jika matahari yang harusnya membiaskan cahaya sudah pergi. Kamu, matahari dalam hidupku sudah tak bersamaku lagi. Aku, ingin sekali saja, untuk terakhir kalinya menemuimu, dan menyentuhmu hingga aku terbakar. Tak apa jika aku mati, perasaanku juga sudah mati sesaat setelah kamu mengucapkan selamat tinggal yang tak pernah kuinginkan itu.


Aku menanti hingga larut malam, namun tidak ada hujan hari ini. Ke mana perginya hujan yang biasanya? Apakah ia lelah mendengar segala keluhku yang tidak berubah itu setiap hari? Atau hujan mulai sadar kalau ia terlalu sering dijatuhkan oleh  langit? Entah, aku mulai kesepian lagi dibuatnya. Begitukah caranya ia pergi? Tanpa sedikit pun mengatakan selamat tinggal, sama sepertimu. Hanya pergi tanpa mengatakan selamat tinggal termanismu. Maaf telah membuatmu jatuh, aku tak bermaksud seperti itu. Sepertinya hujan sudah tak mau menemuiku lagi, sama sepertimu. Semoga, setidaknya segala rindu yang aku titipkan sudah tersampaikan kepadamu ya. Semoga.

0 comments:

Post a Comment