.dateHeader/>

Setelah Hari Ini


(credit: unsplash.com)

Pagi adalah bagian rindu yang baru dimulai, di mana hati sedang ingin mencari dan menanti, setelah beberapa saat terlelap dalam mimpi. Ada titik, di mana selamat pagi darimu adalah awalan untukku menjalani hari. Dengan nada bicaramu yang terngiang di pikiranku, bibirmu seolah-olah mengucapkannya tepat di telingaku. Dengan beberapa emoji yang berbentuk hati, benar-benar membuat pagiku menjadi lebih berarti. Namun, sekarang itu sudah pergi. Apakah masih ada semangat untuk menajalani hari? Mungkin. Tapi awalnya tidak. Saat kamu mulai beranjak, semua kebiasaan-kebiasaan kita mulai hilang bersamamu. Rasanya begitu susah, seperti kehilangan gairah. Namun, lama-lama aku terbiasa. Bukan, tepatnya terpaksa menjadi terbiasa.

Ada hal yang kukecewakan dari kepergianmu, yaitu caramu melepasku. Aku tak memaksamu untuk tetap tinggal di sini, tapi aku hanya tak mau kamu pergi. Aku benci fase setelah perpisahan, yaitu berusaha saling tak mengenal dan melupakan. Lucu memang, sebab awalnya kita hanya dua orang asing yang dipertemukan tak sengaja, namun kini, harus menjadi asing kembali oleh perpisahan yang disengaja. Aku sampai kapanpun, akan tetap menganggapmu sebagai teman, meski kamu tak menganggapku lagi, tak masalah. Itu hakmu untuk memutuskan. Kita sempat dipersatukan Tuhan, sebagai orang yang saling mencintai, sebagai dua orang yang saling berbagi. Kamu, aku anggap rumah tempat aku pulang ketika aku lelah menghadapi hari, ketika lelah sehabis berlari. Namun kini, aku hanya terus berlari, tanpa ada tempat nyaman untuk mengistirahatkan hati.

Jika aku boleh jujur, aku tetap merindukanmu, meski siang dan malammu bukan lagi milikku, aku tetap mengingatnya sebagai waktu yang pernah aku isi dulu. Yang pernah kita lalui bersama, meski akhirnya hanya menjadi sebuah angin lalu. Aku bingung, mengapa rindu ini tak berujung? Ke mana aku harus mengadu? Melihat wajahmu saja kini aku tak mampu. Aku takut memendam rindu lebih lama lagi, aku tak tahu sampai kapan hati ini bisa menahan segala bentuk rindu ini lagi. Wajahmu terlalu dekat untuk kulupakan dengan cepat. Bayangmu terlalu nyata untuk kulupakan saat ini juga. Entah berapa lama aku butuhkan untuk membuat hatiku tak meyakini kamu sebagai rasa yang masih aku puja. Aku tak tahu, semoga kamu berhasil melakukannya terlebih dahulu.

Malam yang terus berganti, terasa tak seperti biasanya saat ini. Tujuanku untuk tidur kali ini bukan untuk memimpikanmu, tapi untuk mempercepat hari agar aku bisa terbiasa tanpamu. Namamu, selalu aku sebut dalam doaku. Selalu sama seperti saat kita bersama dulu, atau bahkan, saat aku hanya memujamu sebelum kita menjadi satu. Nanti, tertawalah ketika kamu melihatku payah. Silakan bahagia, jika nanti kamu melihatku belum bisa baik-baik saja. Aku tak sekuat dirimu, yang bisa terliat baik-baik saja di depanku. Aku akui kamu hebat, bisa membuatku terus teringat, dan tak akan pernah lupa dengan segala hal indah yang pernah kita buat.

2 comments: