.dateHeader/>

Sungguh Sedang Rindu

(credit: unsplash)

Tetes rintik rindu yang datang bersama jatuhnya hujan, semua tentangmu kini kembali datang dalam ingatan. Memang aku tak pernah berusaha melupakanmu, aku hanya menjaga hatiku agar tidak larut dalam kepergianmu. Matahari berhenti menyinari, hanya kelabunya mendung yang dapat aku pandang. Seperti hatiku yang kau tinggal setelah beberapa lama kau tinggali. 

Malam ini, malam yang paling sepi, aku tengah duduk sendiri. Tidak ada satu pun kata yang bisa aku ucapkan kecuali, aku rindu kamu, sungguh. Aku tidak bercanda. Ke mana kah perginya mata indah yang selalu meneduhkan hatiku ketika ku menatapnya? Ke mana kah perginya pundak yang menopangku ketika aku tidak bersemangat? Ke manakah perginya bibir yang selalu mengatakan aku cinta kamu? Entahlah, tidak akan pernah aku temukan jawaban dalam kesendirian ini.

Hujan terus berjatuhan tanpa peduli berapa banyak kenangan yang ikut jatuh bersamanya. Dinginnya udara luar, aku merindukan hangatnya pelukmu. Hatiku kembali terisi dengan hal-hal indah yang pernah kita jalani. Seandainya hari itu tidak pernah terjadi, pasti kita masih bersama hingga saat ini. Tidak ada lagi kita yang berjalan sambil bergenggaman tangan, tidak ada lagi kita yang duduk bersandar ketika di dalam bioskop. Tidak ada lagi kita, tidak pernah ada lagi.

Kini aku hanya terus mengingatmu, tanpa sekalipun berusaha melupakanmu. Sebab, yang aku tahu, melupakanmu adalah cara mengundang kenangan datang dengan membabi buta. Melupakanmu hanya membuatku kembali berada pada titik terjatuhku. Aku sudah jatuh begitu dalam, aku tak ingin jatuh kembali, kecuali jatuh ke pelukanmu. Sayangnya, aku hanya bisa bermimpi. Bermimpi tentang perempuan yang menjadi sosok dalam tulisan ini. Jika kamu membacanya, ketahuilah aku masih mencintaimu. Sungguh.

0 comments:

Post a Comment