.dateHeader/>

Kembali Patah Hati





Aku kira kau matahariku, yang akan selalu menemani dan menerangi hari-hariku. Tapi memang matahari tak selamanya akan berpijar, ada kalanya ia tergantikan oleh gulita malam. Aku selalu menikmati segala warna kepergian matahari yang berupa senja, tapi kepergianmu, aku tak tahu bagaimana harus menikmatinya. Tak ada satupun warna indah yang aku lihat seperti saat aku melihat tenggelamnya matahari. Kita dulu pernah duduk bersama, di pinggiran pantai dengan dentuman ombak yang beriak. Kita begitu damai dengan oranye senja yang menghiasi, bolehkah aku bertanya? Apakah pertemuan kita tak seperti rotasi bumi yang tak pernah berhenti? Apakah pertemuan kita hanya seperti indahnya matahari terbit sampai senja berakhir saja? Indah, indah dan indah, namun hancur dan gelap saat semua telah usai.

Ke mana aku harus berlabuh saat ini? Lautan cintamu tak bisa aku arungi lagi. Tak ada lagi derasnya aliran cinta yang aku rasakan. Ku rasa aku terjebak lagi, di titik awal aku memulai, di saat hati tak berbentuk lagi, di saat kamu tak pernah kumiliki lagi. Ke mana aku harus mencari? Kabut penyesalan menutupi pikiran, menghirup asap rindu menjadi kebiasaan. Bagaimana aku akan menuntaskan? Aku bingung, aku terjebak dalam labirin kesedihan.

Kita memang tak bersama lagi, hanya menyisakan bayang halusinasi. Apakah kita harus berlari untuk menjauhi?  Kita masih menatap langit yang sama, kita masih memijak bumi yang sama. Tapi perasaan kita apakah bisa menjadi seperti sedia kala? Aku tak pernah membenci apapun yang sudah aku cintai. Aku tahu betul, jika apa yang sudah dimulai cepat atau lambat pasti harus diakhiri. Ucapan selamat pagi, kini semuanya telah pergi. Harapan untuk tinggal, kini menyisakan selamat tinggal. 

Aku tak pernah tahu, apakah aku harus berlari menjauhimu, atau hanya berlari mengejarmu. Aku mencintaimu sepenuh hati, aku tetap mencintaimu meski waktu kini tak pasti. Pergilah sejauh yang kamu inginkan, aku tak akan mengganggumu lagi dengan sapaan. Aku masih orang yang sama, seperti saat terakhir kali kita bertukar rasa. Kembalilah bertamu, jika hatimu merasa jemu. Bersandarlah, tak masalah. Aku tahu berlari hanya menciptakan lelah. Aku tak akan berubah, aku masih orang yang hatimu kenal ramah.

Mungkin kita dipersilakan untuk memperbaiki diri masing-masing dengan perpisahan. Kelak, jika kita direstui untuk kembali bercengkrama, kita akan menjadi dua pribadi yang berbeda, sebagai orang yang lebih baik dari sebelumnya. Jika tuhan mengizinkan, maka pelukku akan menjadi milikmu kembali, kecup ku akan mendarat di keningmu lagi. Tuhan selalu punya rencana yang tidak pernah kita duga, jika kita benar-benar bisa kembali bersama, maka aku akan mencintaimu dengan cara yang berbeda, yang lebih membuatmu bahagia.

0 comments:

Post a Comment